Minggu, 26 Juni 2011

Potensi Bisnis Perikanan Indonesia

Perikanan adalah suatu kegiatan perekonomian yang memanfaatkan sumber daya alam perikanan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan manusia dengan mengoptimalisasikan dan memelihara produktivitas sumber daya perikanan dan kelestarian lingkungan. Sumber daya perikanan dapat dipandang sebagai suatu komponen dari ekosistem perikanan berperan sebagai faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan suatu output yang bernilai ekonomi masa kini maupun masa mendatang. Disisi lain, sumber daya perikanan bersifat dinamis, baik dengan ataupun tanpa intervensi manusia. Sebagai ilustrasi, pada sumber daya perikanan tangkap, secara sederhana dinamika stok ikan ditunjukkan oleh keseimbangan yang disebabkan oleh pertumbuhan stok, baik sebagai akibat dari pertumbuhan individu (individu growth) maupun oleh perkembangbiakan (recruitment) stok itu sendiri. Dengan keterbatasan daya dukung lingkungan sumber daya di suatu lokasi, maka stok ikan akan mengalami pengurangan sebagai akibat dari kematian alami (natural mortality) sampai keseimbangan stok ikan sesuai daya dukung tercapai. Adanya intervensi manusia dalam bentuk aktivitas penangkapan pada hakekatnya adalah memanfaatkan ‘bagian’ dari kematian alami, dengan catatan bahwa aktivitas penangkapan yang dilakukan dapat di’kendali’kan sampai batas kemampuan pemulihan stok ikan secara alami.
Indonesia memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia dengan panjang mencapai lebih dari 95.181 kilometer (Suara Pembaruan edisi 5/2/09). Sejalan dengan arti penting sumber daya, potensi tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Beberapa pernyataan tentang kondisi perikanan indonesia yang dilansir oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor kep.18/men/2011 adalah sebagai berikut :
·    Luas laut Indonesia 5,8 juta km2 atau 2/3 luas wilayah RI dan panjang pantai 95.181 km, akan tetapi PDB perikanan baru sekitar 3,2%.
·      Potensi sumberdaya perikanan tangkap 6,4 juta ton per tahun, akan tetapi nelayan masih miskin.
·      Produksi perikanan tangkap di laut sekitar 4,7 ton per tahun dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan maksimum 5,2 juta ton per tahun, sehingga hanya tersisa 0,5 juta ton per tahun.
·   Produksi Tuna naik 20,17% pada tahun 2007, akan tetapi produksi Tuna hanya 4,04% dari seluruh produksi perikanan tangkap.
·   Jumlah nelayan (laut dan perairan umum) sebesar 2.755.794 orang, akan tetapi lebih dari 50% atau 1.466.666 nelayan berstatus sambilan utama dan sambilan tambahan.
·      Jumlah nelayan naik terus, yaitu 2,06% pada tahun 2006-2007, sedangkan ikan makin langka.
·      Jumlah RTP/Perusahaan Perikanan Tangkap 958.499 buah, naik 2,60%,akan tetapi sebanyak 811.453 RTP atau 85% RTP berskala kecil tanpa perahu, perahu tanpa motor, dan motor tempel.
·     Armada perikanan tangkap di laut sebanyak 590.314 kapal, akan tetapi 94% berukuran kurang dari 5 GT dengan SDM berkualitas rendah dan kemampuan produksi rendah.
·      Potensi tambak seluas 1.224.076 ha, akan tetapi realisasi baru seluas 612.530 ha.
·      Potensi budidaya laut seluas 8.363.501 ha, akan tetapi realisasi hanya seluas 74.543 ha.
·    Tenaga kerja budidaya ikan sebanyak 2.916.000 orang, akan tetapi kepemilikan lahan perkapita rendah dan hidupnya memprihatinkan.
·      Jumlah industri perikanan lebih dari 17.000 buah, akan tetapi sebagian besar tradisional, berskala mikro dan kecil.
·      Industri pengalengan ikan yang terdaftar lebih dari 50 perusahaan, akan tetapi yang berproduksi kurang dari 50% dengan kapasitas produksi maksimum sekitar 60%.
·      Ekspor produk perikanan 857.783 ton dengan nilai US$ 2.300.000, akan tetapi produksi turun 7.41% pada tahun 2006-2007, bahkan volume ekspor udang turun 5.04% dan nilainya pun turun 6.06%.
Sebuah ironi bila melihat potensi sumber daya yang besar di Indonesia dan sebuah tantangan tentang kondisi perikanan Indonesia menurut keputusan Mentri Perikanan dan Kelautan nomor kep.18/men/2011. Diperlukan sebuah bahwa penanaman pola pikir bahwa sumberdaya perairan nasional memerlukan system pengelolaan yang seimbang antara pemanfaatan dan pelestarian, karena ia rentan terhadap kerusakan.
                                               Sumber: Josupeit & Franz  (2003)             
     Peluang optimalisasi sumberdaya perairan nasional terbuka sangat luas dari berbagai sisi pemanfaatan dan penggelolaan. Pada masing – masing lini dapat dijadikan sebuah komoditas yang mengguntungkan. Diagram batang diatas menunjukan sebuah proyeksi menggenai permintaan ikan dunia yang semakin meningkat  dalam skala 5 tahunan. Sebuah tantangan yang yang seharusnya dapat kita jawab, melihat  potensi perairan kita yang bias diwujudkan melalui perikanan tangkap,budidaya, dan industry pengolahan.
Tingkat Konsumsi dan Produksi Perikanan DIY, 2006
Kabupaten/
Kota
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
Konsumsi Ikan (kg/kap/th)
Kebutuhan Ikan (ton/th)
Produksi Ikan (ton/th)
Defisit Produk (ton/th)
Bantul
813 087
8.28
6 732
Gunung Kidul
760 128
4.50
3 421
Kulon Progo
457 779
8.95
4 097
Sleman
907 904
20.30
18 430
Yogyakarta
521 499
38.80
20 234
Prov. DIY
3 460 397
15.33
53 048
12 470
-40 577
Standard FAO
25.03
Sumber: Triyanto & Dwijono 2010
Dalam matriks permintaan dan produksi  ikan yang lebih spesifik di Indonesia yakni di Daerah Istimewa Yogyakarta, menurut data yang diperoleh, Ternyata produksi ikan masih mengalami defisit. Defisit disini artinya peluang pasar dan prospek bidang perikanan khususnya di DIY masih terbuka sangat luas. Sebuah tindakan peningkatan produksi diperlukan guna mencukupi kebutuhan ikan domestic untuk kemudian merambah pasar luar negri. Revolusi Biru akan memberikan peluang optimalisasi pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan dengan inovasi dan terobosan, yaitu melalui percepatan peningkatan produksi, baik penangkapan ikan maupun perikanan budidaya. Revolusi Biru mempunyai 4 pilar, yaitu :
1) Perubahan cara berfikir dan orientasi pembangunan dari daratan ke maritim
2) Pembangunan berkelanjutan.
3) Peningkatan produksi kelautan dan perikanan.
4) Peningkatan pendapatan rakyat yang adil, merata, dan pantas.
Dengan adanya perubahan pola pikir Revolusi Biru, diharapkan akan menambah cerah prospek bidang kelautan dan perikanan di Indonesia nantinya Selain itu, peningkatan produksi kelautan dan perikanan diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih besar terhadap pembangunan ekonomi secara nasional.

0 komentar:

Posting Komentar